Senin, 25 Juli 2011

Puncak Festival SB2R, Film RRR Akan Diputar di Redelong


Published on July 23, 2011 by Lovegayo

Bener Meriah | Lintas Gayo : Dalam memeriahkan acara penutupan Festival Seni Budaya Rimba Raya (FSB2R) HPBM Banda Aceh, film dokumenter Radio Rimba Raya yang disutradarai salah seorang seniman Gayo Ikmal Gopi akan diputar untuk disaksikan oleh masyarakat Kabupaten Bener Meriah serta sejumlah undangan lainnya, Sabtu (23/7) malam yang berlokasi di Pasar Simpang Tiga Redelong.

Menurut Ketua Panitia Pelaksana Alfi Sahrin, pemutaran film ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian kegiatan Festival Seni Budaya Rimba Raya (FSB2R) HPBM Banda Aceh di Bener Meriah.

“Alhamdulillah seluruh rangkaian acara mulai dari Lomba Menggambar, Fashion Show, Didong, Kekeberen, Vocal Group, Cerdas Cermat Bahasa Gayo, Seminar dan Bakti Sosial telah berjalan dengan lancar dan sukses dan sebagai pelengkapnya akan kita putarkan film sejarah perjuangan Radio Rimba Raya,” kata Alfi Sahrin.

Dia berharap mengemukakan harapannya, agar seluruh lapisan masyarakat Bener Meriah khususnya dan Gayo umumnya bisa hadir untuk dapat menyaksikan pemutaran film tersebut.

“Kami yakin banyak yang hanya kenal kulitnya saja tentang sejarah Radio Rimba Raya. Jadi dengan pemutaran kali ini kita bisa memahami betapa pentingnya peran Tanoh Gayo dalam upaya tegaknya Negara besar ini,” pungkas Alfi Sahrin seraya mengungkapkan bahwa sang sutradara film tersebut juga hadir saat pemutarannya nanti. (RWOB)

Rabu, 20 Juli 2011

Siswa Bener Meriah, Jual Keripik Untuk Cetak Buku Radio Rimba Raya












Published on July 19, 2011 by Lovegayo

Bener Meriah | Lintas Gayo : Sekelompok pelajar di Bener Meriah yang menamakan kelompoknya dengan “The Star Future” sejak awal tahun 2010 lalu mencoba menulis buku “Selayang Pandang, Radio Rimba Raya dalam perjalanan”. Dan ternyata telah melahirkan buku tersebut sebanyak tiga edisi sejak Maret 2010.

Organisasi ini di pimpin oleh Edi Zuhardi dan beranggotakan Muchsin, Syahrial Hadisi di bantu oleh Andika dan Kurniada yang kesemuanya adalah siswa SMAN 2 Bukit Belang Panas Kabupaten Bener Meriah.

Edi Zuhardi kepada Lintas Gayo, Senin (18/7) mengatakan perjuangan penulisan buku ini dimulai sejak Maret 2010 atas inisiatif dirinya yang penasaran terhadap keberadaan dan kebenaran Radio Rimba Raya (RRR). “Kami memulai berfikir untuk menulis buku ini sejak kami berkunjung ke tugu RRR di Bener Meriah tersebut, karena kami sangat penasaran”, katanya.

Edi menjelaskan pembuatan buku ini didasari pada keinginan untuk membuktikan kepada diri sendiri dan kepada orang lain untuk mengenal lebih dekat apa itu RRR”, jelasnya

“Kami ingin semua orang kita di Bener Meriah menghargai jiwa patriotisme dan kami ingin mengharumkan nama daerah dan membanggakan orang tua”, kata Anak Baru Gede (ABG) kelahiran 20 Januari 1993 ini bersemangat

Ia juga bercerita bahwa buku pertama yang ia bukukan bersama teman-temannya di cetak pertama kali dengan biaya yang mereka dapatkan hasil penjualan keripik yang dilakukan timnya, “ini sebenarnya niat ikhlas, sehingga kami melakukan berbagai cara untuk membuatnya salah satunya dengan menjual keripik pisang untuk ngeprint karena belum ada peralatan pribadi”, imbuhnya.

Sejak pembuatan buku tersebut ia merasa kesulitan untuk menemui narasumber, membagi waktu antara sekolah dan membantu orang tua, ia juga terkendala kesulitan referensi. “Referensi yang banyak kami dapatkan dari internet dengan mesin Google maupun dari buku yang ada serta narasumber yang kami temui di Bener Meriah maupun Banda Aceh”, lanjut Edi.

Hingga saat ini Edi bersama teman-temannya telah menyelesaikan tiga buku secara berangsur terus diperbaiki dan dikonsultasikan kepada beberapa pihak termasuk Ikmal Gopi, sang Sutradara film documenter RRR yang juga kebetulan berada di lokasi tersebut.

“Alhamdulillah kami bersyukur dapat menemui Sutradara Film Dokumenter RRR, bang Ikmal Gopi, karena dia banyak memiliki referensi dan dapat membantu kami menyelesaikan atau memperbaiki buku yang masih sample ini”, ujar Edi.

Lebih jauh dijelaskan Edi, untuk edisi pertama ia bersama tim The Star Future melakukan pembuatan buku mulai Maret hingga Juli 2010. Lalu buku kedua bulan Juli hingga September 2010. Dan terakhir buku ketiga mereka susun sejak September hingga November 2010.

Saat itu mereka masih duduk di kelas dua sedangkan saat ini mereka baru saja menyelesaikan sekolah mereka. “Kami ingin sebelum kami meninggalkan Bener Meriah untuk kuliah, kami ingin menyelesaikan buku ini. Kami sangat berterima kasih jika ada yang berminat membantu kami,” kata Edi.

Hingga saat ini lanjut Edi, pihaknya tidak memiliki dana untuk menyelesaikan buku tersebut. Sementara masih banyak kebutuhan yang harus mereka selesaikan.

“Kami masih butuh dana untuk dapat membayar hak cipta, izin terbit maupun desain cover dari penerbit hingga buku ini bisa disebar minimal di Bener Meriah, jika memungkinkan mengapa tidak skala Nasional ?”, ujar Edi yang berasal dari keluarga petani ini.

Dirinya mengaku telah beberapa kali mencoba mengajukan proposal ke perusahaan di pusat maupun di provinsi yaitu ke organisasi istri Gubernur Aceh, Darwati Abdul Gani. Namun belum ada jawaban.

Pihaknya juga mengupayakan usulan dana ke Bupati Bener Meriah namun belum juga mendapat titik terang hingga kini. “Ada beberapa pihak yang membantu, tetapi belum cukup untuk menutupi beberapa kebutuhan yang kami sebutkan tadi, bahkan kami pernah mengajukan dana sebanyak Rp.40 Juta namun hanya diberi Rp.100 Ribu saja”, keluh Edi.

Edi bersama timnya berharap semua pihak yang ada di Gayo dapat membuka mata atas apa yang mereka kerjakan dan mereka menginginkan support dari masyarakat banyak.

“Kami butuh dukungan, dan kami masih membutuhkan dana untuk menyelesaikan buku ini, target kami 1000 buku dapat di cetak, dan mohon do’a agar ini berhasil”, harap Edi mengakhiri paparannya.

Sekilah amatan Lintas Gayo, di buku tersebut terdapat sejumlah foto pendukung, namun di salah satu buku ada foto yang cacat, tidak maksimal kualitas cetaknya. Mungkin akibat kualitas perangkat printer yang dipakai kurang mendukung yang tentu karena keterbatasan dana tim penyusun.

Sang sutradara film Dokumenter Sejarah Perjuangan Radio Rimba Raya, Ikmal Gopi yang ditemui dilokasi tersebut bersama kru “The Star Future” terlihat kaget dengan raut muka tak menentu. Dia tidak dapat berkomentar banyak. Takjub, haru dan sedih melihat upaya putra-putra Bener Meriah tersebut. (Iwan SP)

Festival Seni Budaya Rimba Raya Digelar Di Bener Meriah

Published on July 19, 2011 by Lovegayo

Redelong | Lintas Gayo : Bupati Bener Meriah Ir H Tagore Abu Bakar hari ini, Selasa (19/7) secara resmi membuka acara Festival Seni Budaya Rimba Raya yang diselenggarakan oleh Himpunan Pemuda Mahasiswa Pelajar Bener Meriah (HPBM) Banda aceh yang dimulai dari tanggal 19 s/d 23 Juli 2011 nanti.

Selain Bupati Tagore, acara pembukaan ini juga dihadiri oleh sejumlah anggota DPRK Bener Meriah, Sekda,Kepala Dinas Pendidikan dan sebagian Kepala Sekolah yang ada di Bener Meriah.

Suguhan tari Munalo mengawali acara pembukaan yang bertemakan ”Ekspresikan Seni dan Budaya dalam Menghargai Nilai-Nilai Perjuangan” tersebut.

Sejumlah agenda kegiatan dilakukan dalam Festival ini diantaranya Seminar Budaya dan Sejarah Rimba Raya, Lomba Pidato tingkat SMP dan SMA, Cerdas Cermat Bahasa Gayo tingkat SMP, Lomba Menggambar dengan tema Tugu Rimba Raya tingkat SD, Didong tingkat SMP, Fashion Show pakaian adat tingkat SD dan SMP, bhakti sosial di tugu Rimba Raya.

Puncak acaranya, direncanakan akan dilakukan pemutaran Film Dokumenter Radio Rimba Raya karya sutradara Ikmal Gopi yang akan diadakan di Pasar Simpang Tiga Redelong.

Sebelum Bupati meninggalkan acara tersebut bupati sempat menari dengan beberapa pejabat daerah lainnya yang di iringi dengan alat musik tradisional Teganing.

Tagore Tanggapi Film RRR

Selain itu Bupati Tagore juga memberikan pertanyaan seputar pembuatan film dokumenter tersebut kepada Ikmal Gopi sutradara film tersebut, bupati menanyakan hal yang berkaitan dengan referensi pembuatan film yang menurutnya sudah baik tapi masih meninggalkan salah satu point penting yaitu tentang keberadaan Syafruddin Prawiranegara di daerah Gayo pada saat Agresi Meliter Belanda II.

Menjawab pertanyaan Tagore tersebut, Ikmal Gopi akan mencari fakta tentang hal tersebut, dan bupati juga berjanji akan membantu mencari pakar sejarah yang berkaitan dengan hal tersebut.(udin)