Rabu, 20 Juli 2011

Siswa Bener Meriah, Jual Keripik Untuk Cetak Buku Radio Rimba Raya












Published on July 19, 2011 by Lovegayo

Bener Meriah | Lintas Gayo : Sekelompok pelajar di Bener Meriah yang menamakan kelompoknya dengan “The Star Future” sejak awal tahun 2010 lalu mencoba menulis buku “Selayang Pandang, Radio Rimba Raya dalam perjalanan”. Dan ternyata telah melahirkan buku tersebut sebanyak tiga edisi sejak Maret 2010.

Organisasi ini di pimpin oleh Edi Zuhardi dan beranggotakan Muchsin, Syahrial Hadisi di bantu oleh Andika dan Kurniada yang kesemuanya adalah siswa SMAN 2 Bukit Belang Panas Kabupaten Bener Meriah.

Edi Zuhardi kepada Lintas Gayo, Senin (18/7) mengatakan perjuangan penulisan buku ini dimulai sejak Maret 2010 atas inisiatif dirinya yang penasaran terhadap keberadaan dan kebenaran Radio Rimba Raya (RRR). “Kami memulai berfikir untuk menulis buku ini sejak kami berkunjung ke tugu RRR di Bener Meriah tersebut, karena kami sangat penasaran”, katanya.

Edi menjelaskan pembuatan buku ini didasari pada keinginan untuk membuktikan kepada diri sendiri dan kepada orang lain untuk mengenal lebih dekat apa itu RRR”, jelasnya

“Kami ingin semua orang kita di Bener Meriah menghargai jiwa patriotisme dan kami ingin mengharumkan nama daerah dan membanggakan orang tua”, kata Anak Baru Gede (ABG) kelahiran 20 Januari 1993 ini bersemangat

Ia juga bercerita bahwa buku pertama yang ia bukukan bersama teman-temannya di cetak pertama kali dengan biaya yang mereka dapatkan hasil penjualan keripik yang dilakukan timnya, “ini sebenarnya niat ikhlas, sehingga kami melakukan berbagai cara untuk membuatnya salah satunya dengan menjual keripik pisang untuk ngeprint karena belum ada peralatan pribadi”, imbuhnya.

Sejak pembuatan buku tersebut ia merasa kesulitan untuk menemui narasumber, membagi waktu antara sekolah dan membantu orang tua, ia juga terkendala kesulitan referensi. “Referensi yang banyak kami dapatkan dari internet dengan mesin Google maupun dari buku yang ada serta narasumber yang kami temui di Bener Meriah maupun Banda Aceh”, lanjut Edi.

Hingga saat ini Edi bersama teman-temannya telah menyelesaikan tiga buku secara berangsur terus diperbaiki dan dikonsultasikan kepada beberapa pihak termasuk Ikmal Gopi, sang Sutradara film documenter RRR yang juga kebetulan berada di lokasi tersebut.

“Alhamdulillah kami bersyukur dapat menemui Sutradara Film Dokumenter RRR, bang Ikmal Gopi, karena dia banyak memiliki referensi dan dapat membantu kami menyelesaikan atau memperbaiki buku yang masih sample ini”, ujar Edi.

Lebih jauh dijelaskan Edi, untuk edisi pertama ia bersama tim The Star Future melakukan pembuatan buku mulai Maret hingga Juli 2010. Lalu buku kedua bulan Juli hingga September 2010. Dan terakhir buku ketiga mereka susun sejak September hingga November 2010.

Saat itu mereka masih duduk di kelas dua sedangkan saat ini mereka baru saja menyelesaikan sekolah mereka. “Kami ingin sebelum kami meninggalkan Bener Meriah untuk kuliah, kami ingin menyelesaikan buku ini. Kami sangat berterima kasih jika ada yang berminat membantu kami,” kata Edi.

Hingga saat ini lanjut Edi, pihaknya tidak memiliki dana untuk menyelesaikan buku tersebut. Sementara masih banyak kebutuhan yang harus mereka selesaikan.

“Kami masih butuh dana untuk dapat membayar hak cipta, izin terbit maupun desain cover dari penerbit hingga buku ini bisa disebar minimal di Bener Meriah, jika memungkinkan mengapa tidak skala Nasional ?”, ujar Edi yang berasal dari keluarga petani ini.

Dirinya mengaku telah beberapa kali mencoba mengajukan proposal ke perusahaan di pusat maupun di provinsi yaitu ke organisasi istri Gubernur Aceh, Darwati Abdul Gani. Namun belum ada jawaban.

Pihaknya juga mengupayakan usulan dana ke Bupati Bener Meriah namun belum juga mendapat titik terang hingga kini. “Ada beberapa pihak yang membantu, tetapi belum cukup untuk menutupi beberapa kebutuhan yang kami sebutkan tadi, bahkan kami pernah mengajukan dana sebanyak Rp.40 Juta namun hanya diberi Rp.100 Ribu saja”, keluh Edi.

Edi bersama timnya berharap semua pihak yang ada di Gayo dapat membuka mata atas apa yang mereka kerjakan dan mereka menginginkan support dari masyarakat banyak.

“Kami butuh dukungan, dan kami masih membutuhkan dana untuk menyelesaikan buku ini, target kami 1000 buku dapat di cetak, dan mohon do’a agar ini berhasil”, harap Edi mengakhiri paparannya.

Sekilah amatan Lintas Gayo, di buku tersebut terdapat sejumlah foto pendukung, namun di salah satu buku ada foto yang cacat, tidak maksimal kualitas cetaknya. Mungkin akibat kualitas perangkat printer yang dipakai kurang mendukung yang tentu karena keterbatasan dana tim penyusun.

Sang sutradara film Dokumenter Sejarah Perjuangan Radio Rimba Raya, Ikmal Gopi yang ditemui dilokasi tersebut bersama kru “The Star Future” terlihat kaget dengan raut muka tak menentu. Dia tidak dapat berkomentar banyak. Takjub, haru dan sedih melihat upaya putra-putra Bener Meriah tersebut. (Iwan SP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar