Jumat, 27 Februari 2009

PESAN

Untuk Radio Rimba Raya

Jangan Sampaikan pesan lagi padaku
karena aku tak dapat lagi menyampaikan pesan
jangan kirim pesan lagi padaku
karena aku tak dapat lagi mengirim pesan
lihatlah, lidahku telah kelu
mulut tertutup
tubuh tinggal bayang

dulu memang pernah
bisikmu kusampaikan ke balik gunung
ke seberang lautan ke negeri-negeri jauh
dulu memang pernah
detak hatimu
cita-cita merdekamu
kukirim ke setiap hati sahabat-sahabat
atau musuh-musuhmu
di desa, di kota, bahkan di laut dan di rimba

dulu memang pernah ada
ucapan merdeka yang kau sampaikan bagai bisik
kujeritkan sekeras-kerasnya
hingga bergema menyentuh cakrawala
bergelegar menjadi guntur
merobek-robek angkasa
hingga musuh gentar tak berdaya
dan sahabat-sahabatmu mendengar ucapan itu
bangkit
bangkit, lalu berlawan habis-habisan
semangatnya telah menjadi baja
walau di tangan hanya bambu runcing saja
dulu memang pernah ada
saat malam menjelang pagi
dengan suara menggigil karena dingin
kusampaikan pesanmu
tiktok tiktok hallo Sudarsono
tiktok tiktok hallo Palar
kirim kami mentega
kirim kami susu
kirim kami beras
kemudian datanglah kiriman
dan yang datang adalah senjata
lalu dibagi pada setiap tentara
lalu mereka menembak musuh
tepat di jidatnya

dulu memang pernah
ketika kita hampir tak punya daya
ketika suara di pusat negeri ini dibungkam
kami bangkit menyuarakan nurani bangsa
hallo dunia
hallo dunia
negeri kami masih ada
negeri kami merdeka

tapi kini jangan sampaikan pesan lagi padaku
karena tak dapat lagi kusampaikan pesan apa pun
lidahku kaku
mulut tertutup
tubuh tinggal bayang
tinggal bayang
dari ingatanmu pun
mungkin akan hilang


L.K. Ara. Takengon, 22 Januari 1986

dikutip dari "Seulawah Antologi Sastra Aceh, 1995"

Jumat, 13 Februari 2009

Mengapa Saya Membuat Film Dokumenter ??..

Pembuatan Film Dokumenter sejarah Radio Rimba Raya di Aceh dikerjakan secara Independent, ide pembuatan Film ini sudah ada sejak tahun 2002 tetapi baru terlaksana awal tahun 2006, dengan melakukan riset dan pencarian data. Shooting perdana dilaksanakan selasa 21 Agustus 2007, tujuan saya membuat Film ini untuk menambah khazanah sejarah dalam bentuk visual kepada semua generasi, Radio Rimba Raya sebelumnya adalah Radio Tentara Divisi X, usai perang kemerdekaan oleh Kolonel Husin Yusup radio tersebut diberi nama Radio Rimba Raya, sehingga, sampai saat ini nama Rimba Raya sudah menjadi nama sebuah kampung, sebelumnya, daerah tersebut bernama Tanoh Ilang ( Tanah Merah ) tempat Radio Divisi X siaran. Kini Radio tersebut sudah terlupakan oleh generasi kita. Alat komunikasi Radio Rimba Raya ( RRR ) merupakan salah satu Radio yang memiliki andil besar dan sangat penting dalam perang kemerdekaan hingga tercapainya kesepakatan Konferensi Meja Bundar ( KMB ) di Den Haag.
Radio Rimba Raya yang berada dalam hutan belantara Aceh, tepatnya di Takengon, Aceh tengah, saat perang kemerdekaan memiliki hubungan komunikasi dengan Radio markas tentara Republik di hutan Surakarta yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman dengan Wakil Ksap II TB. Simatupang juga dengan Radio AH. Nasution yang saat itu menjadi Panglima Jawa dan meneruskan pesan-pesan diplomatik Pemerintah Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) PM. Mr. Syafruddin Prawiranegara di suliki yang mobile di Sumatra barat kepada DR. Soedarsono di New Delhi, A.A. Maramis dan L.N. Palar di PBB.
Radio Rimba Raya setiap harinya menyiarkan informasi tentang keadaan yang sedang terjadi di Indonesia khususnya Yogyakarta dan sekitarnya, dan juga berita-berita perjuangan dengan tujuan membangkitkan semangat untuk terus melawan pendudukan penjajah, kedalam maupun ke luar negeri yang diterima langsung oleh All India Radio.
Perang urat syaraf lewat udara oleh Radio Rimba Raya terus mengudara melawan Radio Belanda di Medan, Radio Batavia, dan Radio Hilversium di Holland yang disiarkan setiap hari untuk membantah berita-berita bohong atau propaganda Belanda yang mengatakan bahwa
" Indonesia sudah tidak ada lagi "
Radio Rimba Raya juga menyiarkan lagu-lagu perjuangan untuk membakar semangat rakyat untuk terus melawan penjajahan Belanda antara lain Hikayat Perang sabil. Saya berharap dengan dibuatnya Film Dokumenter ini, paling tidak sudah mengurangi beban sejarah agar regenerasi kita mengenal lebih dekat dengan sejarahnya. Sejarah merupakan ruang pengadilan yang jujur, jika tidak! kita akan diadili oleh sejarah itu sendiri. " JANGAN LUPAKAN SEJARAH "

Penulis/Sutradara Film Dokumenter Radio Rimba Raya
IKMAL GOPI

Kamis, 05 Februari 2009

RADIO RIMBA RAYA DIFILMKAN

TAKENGON- Kisah perjuangan Radio Rimba raya dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia sedang dibuat dalam bentuk film dokumenter. Selama ini, kiprah perjuangan Radio Rimba Raya kurang dikenal masyarakat luas, padahal peran radio tersebut sangat besar dalam mempertahankan Indonesia dari agresi Belanda. Film Dokumenter itu dibuat oleh Kancamara Production.
Sutradara dan Riset, Ikmal Gopi, mengatakan, film dokumenter Radio Rimba Raya berdurasi ( masa putar ) sepanjang 90 menit itu mengambil gambar dengan setting masa lalu dikota, Jakarta, Yogyakarta, Padang Sumatera barat, Banda Aceh ( Koetaradja), Kota Bireuen dan takengon.
Menurut sejarahnya, perangkat radio Rimba raya yang berada dikampung Rime Raya Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah itu dibeli pada John Lee ( seorang blasteran Manado-China ) yang menjadi perantara pembelian perangkat Radio tersebut.
Perangkat radio Rimba raya itu dibeli di Malaysia dan dibawa ke kota Juang Bireuen.
Dari kota Bireuen, perangkat itu dibawa ke Koetaradja ( Banda Aceh ) dan sempat dirangkai komponen-komponennya pada akhir tahun 1948, namun belum sempat mengudara, oleh pejuang-pejuang Aceh, perangkat radio itu dibawa ke Kampung Rime raya yang saat itu masuk kecamatan Timang gajah, Aceh Tengah.
Sebelumnya, perangkat radio itu direncanakan akan dibawa ke Kampung Burni Bius kecamatan Silih nara. Namun, karena kondisi keamanan di kawasan itu tidak aman, penjajah belanda sedang memantau proses pengiriman radio itu, maka peralatan tersebut ditempatkan di kampung Rime Raya pada Lokasi tugu Radio Rimba Raya yang ada sekarang.
Dalam mendirikan Radio Rimba Raya dikawasan itu, kata Ikmal Gopi, melibatkan 10 teknisi dari para pejuang Aceh saat itu. Lewat perjuangan berat, akhirnya awal Desember 1948, Radio Rimba Raya mengudara yang memberitakan bahwa Republik Indonesia masih eksis kepada dunia luar. Dari Radio Rimba Raya ini para Pahlawan Aceh mengumandangkan pesan kepada pejuang-pejuang kemerdekaan lainnya untuk terus berjuang mempertahankan negara dari penjajahan Belanda. " Lewat radio ini, para pejuang Aceh mengobarkan semangat juang bagi pejuang-pejuang diluar Aceh,' ujar Ikmal Gopi.
Persiapan pembuatan film dokumenter Radio Rimba Raya memakan waktu dua tahun lebih yang didahului dengan riset dan mulai pengambilan gambar 1 Agustus 2007. film sejarah itu dibuat dengan format layar lebar dengan sistem suara Dolby SR., kata Ikmal Gopi yang didampingi seniman Jauhari Samalanga. (min)