Tue, Apr 26th 2011, 08:55
REDELONG - Film dokumenter mengenai sejarah Radio Rimba Raya (RRR) karya sutradara Ikmal Gopi, diputar di ruang sidang Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Bener Meriah, Senin (25/4). Pemutaran film dokumenter yang bercerita tentang sejarah RRR itu, disaksikan oleh sejumlah anggota dewan Kabupaten Bener Meriah. Pemutaran film tersebut, diprakarsai oleh salah seorang anggota DPRK Bener Meriah, Bustamam Ardy.
Menurut Bustamam, Senin (25/4), sejarah Radio Rimba Raya, harus diketahui oleh jajaran pemerintah. Dan melalui adanya sejarah yang digambarkan melalui media visual ini, masyarakat tidak lagi dikaburkan tentang keberadaan sejarah RRR yang selama ini, mungkin hanya segelintir diterangkan dalam sejumlah buku sejarah. “Pemerintah dan masyarakat di daerah ini, sangat beruntung dengan adanya film dokumenter tentang sejarah RRR,” katanya.
Usai menyaksikan pemutaran film dokumenter sejumlah anggota dewan setempat menyatakan, kesiapannya untuk mendukung tentang rencana pemutaran film tersebut di sejumlah titik di Kabupaten Bener Meriah. “Kami selaku wakil rakyat akan menjembatani sosialisasi sejarah RRR melalui film tersebut,” janji Bustamam yang didampingi anggota DPRK lainnya, Andi Sastra SP, Darwinsyah, Tgk Muhammad Amin dan Ir Muhammad Husein.
Disebutkan Bustamam Ardy, semestinya sejarah RRR dipelajari disekolah-sekolah atau menjadi muatan lokal. Agar seluruh generasi bisa mengetahui dan bangga bahwa kemerdekaan Republik Indonesia disuarakan dari hutan belantara pedamalan Aceh, yakni Kabupaten Bener Meriah (sebelum pemekaran masih termasuk kawasan Kabupaten Aceh Tengah). “Kita tidak mau tugu RRR hanya sebatas simbol saja,” pungkas Bustamam.(c35)
Selasa, 26 April 2011
Senin, 18 April 2011
Kesaksian Terakhir Rosihan Tentang Aceh
Saturday, 16 April 2011 02:11
Tak ada yang menduga jika berpulangnya Rosihan Anwar, wartawan senior pada 14 April 2011 lalu, memberi duka mendalam bagi sutradara film Dokumenter Sejarah Perjuangan Radio Rimba Raya Ikmal Gopi.
Dalam catatan Ikmal, kesaksian Sejarah terakhir Rosihan Anwar untuk Republik Indonesia memang tentang Radio Rimba Raya di pedalaman Aceh semasa Belanda berkuasa.
Dalam film Dokumenter Nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2010 untuk kriteria film dokumenter itu, Rosihan Anwar mengatakan, Aceh adalah bagian Indonesia yang tidak bisa diduduki Belanda sehingga Aceh bisa melakukan broadcast sampai ke luar negeri.
Sang Sutradara film, memang sudah gelisah sejak awal maret lalu, pasalnya, salah seorang tokoh dalam filmnya dikabarkan sakit parah dan masuk ruang ICU. Dan dengan cepat pula dia mengabarkan hal itu kepada seluruh sahabat yang terlibat dalam filmnya melalui pesan singkat.
Bagi Ikmal, mewawancarai Rosihan Anwar selama kurang lebih satu Jam di kediaman almarhun di Jalan Surabaya, Menteng pada tahun 2008, punya kebanggaan tersendiri. Ikmal melakukan wawancara bersama seorang teman, Sugeng MW, Editor film yang juga telah meninggal dunia pada tahun 2009 di Malang gara-gara sakit yang dia derita.
Kata lulusan IKJ ini, bertemu Rosihan bukanlah perkara mudah. Ikmal berkali-kali ingin menemui Rosihan, tetapi selalu gagal. Bukan lantaran kesibukan sang tokoh, tetapi Rosihan memang tak mau diganggu tatkala dia menjaga istri tercinta yang lagi sakit dan dirawat di rumah sakit. Baru dua bulan kemudian Ikmal diperbolehkan bertemu, sekaligus diberi kesempatan mengambil gambar untuk pembuatan Film Dokumenter Radio Rimba Raya.
“Saya masih teringat, saat itu kamera yang kami pakai adalah kamera pinjaman dari seorang teman,” kata Ikmal.
Bagi Ikmal, Rosihan Anwar adalah pribadi yang tegas, tidak suka bekerja lamban, harus cepat, tepat, langsung ke poin permasalahan.Itu sebabnya dalam Film Rimba Raya Rosihan memberi keterangan dengan jelas dan padat seputar peristiwa revolusi Indonesia kala itu.
Kata Rosihan antara lain, Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Aceh hingga Konferensi Meja Bundar (KMB) yang cikal bakalnya adalah peristiwa serangan umum ke Yogyakarta oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama rakyat.
“Peristiwa besar tersebut dikabarkan oleh Radio Rimba Raya ke dunia langsung dari pedalaman Gayo di kawasan Ronga-ronga,” papar Ikmal meniru kata-kata Rosihan.
Kata Ikmal lagi, yang paling berkesan bersama Pak Rosihan tatkala saat terakhir pengambilan gambar. “Tiba-tiba dia terlihat marah, sebab pertanyaan kami yang terakhir sangat tidak dia sukai. pertanyaan kami saat itu adalah apa pesan dan kesan bapak ?” Kenang Ikmal.
Rosihan Anwar dengan lantang menghardik kami dengan suara keras ”apa kalian ini !, pertanyaan seperti di zaman Belanda saja, seperti masa orde baru !”, kata Ikmal menirukan hardikan Rosihan saat itu.
Dan kata-kata Anwar itu pula yang membikin Ikmal sangat berduka, sekaligus bangga menjadi salah seorang yang beruntung mendapatkan rekaman kesaksian Rosihan. Kata Ikmal, kata-kata ‘Bonus’ Rosihan Anwar yang terngiang hingga kini adalah;
“Jangan pernah tanyakan apa pesan dan kesan anda kepada seseorang,” Ucap Ikmal persis yang diucapkan Rosihan tatkala menyudahi wawancaranya. | lovegayo.com
Langganan:
Postingan (Atom)