Kamis, 17 Maret 2011

Film Radio Rimba Raya, Menguak Manipulasi Sejarah Aceh


Published on March 16, 2011

Untuk pertama kalinya film dokumenter Radio Rimba Raya di putar di Kuta Raja Aceh, Banda Aceh, tepatnya di Gedung Pasca Sarjana IAIN ar-Raniry Darussalam, Rabu (16/3).

Acara yang dihadiri para akademisi, mahasiswa, pakar sejarah kalangan LSM dan media tersebut menampilkan pembicara M. Adli Abdulah sebagai pakar sejarah. Prof. Hasbi Amirudin guru besar IAIN Ar Raniry Banda Aceh. Ihsahnnudin, ketua KNPI Aceh dan Ikmal Gopi selaku sutradara film tersebut.

Adapun tema yang diambil dalam acara pemutaran film yang diikuti dengan diskusi public berjudul Menguak Manipulasi Sejarah Aceh.

Menurut ketua panitia T Zul Khairi, dengan pemutaran film ini bagaimana upaya sejarah yang tercecer ini agar bisa kita ketahui dan untuk kita diskusikan.

“Kita bersyukur kawan kawan yang sangat antusias meyaksikan film ini. Kita berpikir awalnya pemutaran film hanya untuk kalangan akdemisi ternyata yang hadir tadi banyak sekali dari berbagai kalangan mulai dari dosen, mahasiswa, aktivis, Lsm dan para movie maker Aceh,” kata T Zul Khairi.

Dalam sesi diskusi setelah pemutaran film, banyak para pengunjung yang terlihat masih terkejut. Begitu hebatnya sejarah Radio Rimba Raya ini dalam perannya yang begitu besar untuk kemerdekaan Indonesia, akan tetapi hampir tidak ada ditulis dalam catatan-catatan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Menurut Prof. Hasbi Amirudin, banyak sejarah Aceh di tulis oleh orang luar Aceh. “Kita berharap Ikmal Gopi yang lain bisa muncul untuk menelusuri sejarah sejarah Indonesia ini,” harap Profesor ini.

Sementara pengakuan Ketua KNPI Aceh, Ihsanuddin, dirinya sebelumnya dia tidak mengerti dengan sejarah Radio Rimba Raya ini.

Ditegaskan Ihsanuddin, dalam waktu dekat KNPI Aceh akan bekerja sama dengan dinas Pendidikan Aceh untuk memutar film ini ke seluruh kabupaten kota yang ada di Aceh. “Kita akan datang kesekolah-sekolah dan guru sejarah untuk menonton film ini karena nilai sejarah yang terkandung di dalamnya dan harus di ketahui oleh generasi muda ke depan,’ tutur Ihsanuddin.

Dari pemberitaan Lintas Gayo sebelumnya, film yang masuk sebagai 5 dari 60 film dokumenter di ajang Festival Film Indonesia 2010 ini sudah diputar sebanyak 3 kali di Takengon, di Wapres Cafe, di SMAN 1 Takengon dan di SMAN 3 Pegasing Takengon atas permintaan elemen sipil dan para siswa disekolah tersebut.

Sementara untuk di Bener Meriah sendiri masih sebatas wacana. Menurut sejumlah sumber Lintas Gayo, diharapkankan pemutarannya dapat diagendakan dalam rangkaian acara peringatan Hari Jadi Kabupaten Bener Meriah. (miko/joe/aza)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar