Tuesday, July 10th, 2012 | Oleh Lintas Gayo
“Republik Indonesia masih ada, pemimpin republik masih ada,
tentara republik masih ada, pemerintah republik masih ada, wilayah
republic masih ada dan disini adalah Aceh” itulah dialog penutup
pertunjukan naskah “Benteng Terakhir” yang diucapkan oleh Javier Arrazi
yang berdiri gagah dengan sehelai bendera Merah Putih berkibar
ditangannya, dengan lantang dialog itu diucapkan dari atas menara yang
terbuat dari himpunan bambu yang kokoh yang disimbolisasikan sebagai
Menara Pemancar Radio Rimba Raya.”
Benteng Terakhir bercerita tentang kiprah Radio Rimba Raya dalam
mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Naskah ini berhasil
menggugah Dewan Juri di babak final dan membuat Tim Drama SMA Modal
Bangsa yang terdiri dari Javier Arrazi, Saidul Azqa, Teuku Muhammad
Nafis Barizky, Teuku Erchamsyah, Rahmat Mulya dan Ashhabul Kahfi
Rangkuti membawa pulang medali emas untuk cabang Festival Drama Singkat
(Fragamen) pada Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 17-23
Juni 2012 yang digelar di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sebelumnya di babak penyisihan, mereka harus bersaing dengan 32 provinsi di Indonesia. Walau mereka hanya menggunakan artistik yang minimalis, tapi menghasilkan performa yang maksimal dan dramatis. Naskah “Jeritan Perang” yang bercerita tentang jeritan rakyat Aceh yang menginginkan negeri yang damai tanpa ada pertumpahan darah, tampil sangat memukau dan berhasil meyakinkan Dewan Juri sekaligus menjadi tiket untuk masuk ke babak final bersaing dengan 9 provinsi lainnya di Indonesia yang tidak bisa dianggap enteng. Mereka berasal dari Gorontalo, Banten, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta dan Kalimantan Barat.
Naskah Benteng Terakhir dan Jeritan Perang ditulis dan disutradarai
oleh Beni Arona, SE yang merupakan pelatih Teater di SMA Modal Bangsa.
Keberhasilan Tim Drama SMA Modal Bangsa yang telah mengharumkan nama
Aceh di tingkat nasional tidak terlepas dari dukungan seluruh komponen
sekolah dan usaha keras tim teater dan keberhasilan ini menjadi suatu
pelajaran yang penting dan tugas yeng berat ke depannya untuk terus
mempertahankan prestasi dan mengharumkan nama daerah Aceh.(Sumber: T. Erchamsyah/SP/red.04)
Sebelumnya di babak penyisihan, mereka harus bersaing dengan 32 provinsi di Indonesia. Walau mereka hanya menggunakan artistik yang minimalis, tapi menghasilkan performa yang maksimal dan dramatis. Naskah “Jeritan Perang” yang bercerita tentang jeritan rakyat Aceh yang menginginkan negeri yang damai tanpa ada pertumpahan darah, tampil sangat memukau dan berhasil meyakinkan Dewan Juri sekaligus menjadi tiket untuk masuk ke babak final bersaing dengan 9 provinsi lainnya di Indonesia yang tidak bisa dianggap enteng. Mereka berasal dari Gorontalo, Banten, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta dan Kalimantan Barat.