Selasa, 18 Oktober 2011

Bireuen–Gayo Saling Bergantung, Sama Dilupakan Dalam Sejarah NKRI


Bireuen | Lintas Gayo - Kabupaten Bireuen dan Dataran Tinggi Gayo khususnya kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah sejak lama sudah punya hubungan yang erat. Selain keterkaitan sejarah mempertahankan keutuhan Negara Republik Indonesia dimasa kepemimpinan presiden Soekarno juga dibidang perekonomian. Masyarakat kedua daerah tersebut sejak lama hidup saling ketergantungan.

Demikian pernyataan Kabag Humas Setdakab Bireuen, Darwansyah SE saat menyambut kedatangan Sutradara film sejarah perjuangan Radio Rimba Raya, Ikmal Gopi yang didampingi Lintas Gayo di Meuligo (Pendopo) Bupati setempat, Sabtu (15/10/2011) sore.

Kepada Ikmal Gopi dan rombongan, Darwansyah, SE mengatakan menyambut positif atas pembuatan film bersejarah dalam kemerdekaan Indonesia. Dan sangat berterima kasih atas kedatangan Ikmal untuk dapat memutar film RRR di Kota Juang tersebut.

Selanjutnya Darwansyah menceritakan bahwa hubungan orang Gayo dengan Bireuen telah terjalin sejak lama. Pada masa lalu dimana akses jalan ke Takengon masih sulit ditempuh, orang Gayo menjual barang ke Bireuen dengan menggunakan gerobak yang ditarik dengan kerbau, dan sebaliknya begitu juga orang Bireuen menjual kelapa juga dengan cara yang sama.

“Perekonomian di Bireuen sangat dibantu oleh urang Gayo. Kalau kopi di Gayo harganya stabil, maka urang Gayo akan berbelanja ke Bireuen, berarti hubungan antara Urang Gayo dan Takengen sudah terjalin sejak lama”, simpul Darwansyah.

Amatan Lintas Gayo yang datang ke kabupaten Bireun mendampingi sang sutradara film RRR, dalam lingkungan Meuligo Kabupaten Bireuen masih terdapat bangunan bersejarah berupa bangunan tempat tinggal Kolonel Husin Yusuf yang dalam sejarahnya merupakan seorang komandan Divisi X wilayah Aceh. Kolonel Husen Yusuf adalah seorang tokoh dalam sejarah perjuangan Radio Rimba Raya. Bangunan ini masih asli, belum ada penambahan yang serius terlihat di bagian lantai dan dindingnya masih menggunakan bahan dari kayu.

Menurut Ikmal Gopi, ada yang lebih menarik lagi dari sisi bangunan ini, bangunan ini sempat dijadikan penginapan bagi Presiden pertama Indonesia, Soekarno yang datang ke Aceh ditahun 1948 khususnya Bireuen sempat tinggal selama seminggu yang salah satu tujuannya meminta dukungan supaya Aceh turut mempertahankan kemerdekaan RI. Dan juga meminta bantuan dana pembelian pesawat untuk dijadikan transportasi diplomasi pemimpin Republik saat itu, maka keluarlah ucapan Soekarno bahwa Aceh adalah “Daerah modal’.

Dan karena itu, walau hanya seminggu, Bireuen pernah menjadi ibukota RI yang ketiga setelah Yogyakarta dan Bukit Tinggi jatuh ke tangan penjajah dalam agresi kedua Belanda. Namun sayangnya fakta sejarah itu tidak pernah tercatat dalam sejarah Kemerdekaan RI seperti halnya hebatnya sejarah perjuangan Radio Rimba Raya.

Dihalaman Meuligo juga terdapat peninggalan situs sejarah yang masih terpasang ditempat aslinya, situs itu adalah sebuah meriam besi yang merupakan peninggalan sejarah perang kemerdekaan masa lalu. Ini adalah suatu catatan yang patut ditiru dari kabupaten yang berjuluk “Kota Juang” ini, bagaimana cara mereka menjaga keaslian benda dan keasrian tempat bersejarah dengan baik.

Sebagaimana diberitakan Lintas Gayo sebelumnya, Sabtu (14/10/2011) malam direncanakan akan diputarkan film sejarah penting saat mempertahankan kedaulatan RI dari keinginan Belanda untuk kembali menjajah. Rencananya pemutaran film tersebut akan dihadiri sejumlah tokoh dan saksi sejarah perjuangan Radio Rimba Raya.

Turut serta dalam rombongan Ikmal Gopi, Aman Jus yang merupakan saksi hidup sejarah radio tersebut dan sempat berinteraksi dengan Kolonel Husin Yusuf, komandan Divisi X wilayah Aceh di kawasan Rimba Raya saat itu. (Wein Mutuah)

Malam Ini, Bupati dan Tokoh Bireuen Saksikan Film Sejarah


Saturday, 15 October 2011 16:10
Written by Jauhari S. /Lintasgayo

BIREUEN - Film documenter sejarah Radio Rimba Raya akan diputar dan disaksikan langsung oleh bupati Bireuen Drs H. Nurdin Abdurrahman dan para kepala Dinas, Muspida, para camat, pejuang, dan persatuan Wartawan Indonesia, dan masyarakat di kota juang Sabtu Malam (15/10) di Pendopo Bupati Bireuen, mulai pukul 20.00 WIB.

Pemuratan Film bernilai sejarah tinggi itu sengaja diputardi pendopo karena gedung tersebut erat kaitannya dengan SejarahRadio Rimba Raya.

“Film sejarah perjuangan rakyat Aceh mempertahankan kedaulatan RI itu akan diputar di Pendopo Bupati malam ini,” kata Darwansyah, Kabag Humas Setdakab Kabupaten Bireuen.

Film yang digarap sutradara muda Ikmal Gopi merupakan sebuah film sejarah yang dikerjakan dengan biayai pribadi. Pemutarannya di Bireuen sekaligus untuk menguatkan kembali peran sejarah tersebut yang melibatkan peran Bireuen yang begitu besar.

“Peran Bireuen dan Gayo sangat besar dalam sejarah perjuangan radio yang menyiarkan Indonesia itu masih ada kepada dunia. Apalagi salah satu pelaku sejarahnya adalah putra Bireuen, Kolonel Husin Yusuf,” kata Darwansyah lagi.

Sementara, Sutaradara film RRR Ikmal Gopi menyebutkan, inilah pertama kali film yang meraih nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2010 lalu itu diminta dan dilayani khusus oleh pemerintah, dalam hal ini pemerintah Kabupaten Bireuen. Inilah pertama kali perhatian tercurah kepada sejarah Radio Rimba Raya yang begitu besar.

“Saya terharu. Saya akan Bireuen bersama beberapa pemerhati sejarah perjuangan Radio Rimba Raya,” kata Ikmal singkat []

Film Radio Rimba Raya 'Kuak' Sejarah Perjuangan Bireuen


Sunday, 16 October 2011 07:00
Written by Jauhari Samalanga

BIREUEN - Pemutaran film sejarah radio Rimba Raya mendapat respon luar biasa dari masyarakat Kabupaten Bireuen. Selain itu, banyak tokoh sejarah Bireuen hadir dan menggambarkan sejarah Bireuen yang ikut terlupakan. Hal itu terkuak dari cerita Afeed Daud, sejarawan dari Jakarta, bahwa Yusuf Malay, seorang pejuang yang yang membaca Teks di radio dan melakukan napak tilas soal Radio, lima tahun lalu.

"Masih ada yang tertinggal dari film Rimba Raya, penyiar Radio asal Bireuen," kata Hafiz Daud pada sesi diskusi selepas film tersebut diputar.

Hadir juga tokoh Bireuen Mukim Ma'un, Nur Juli, dan sejumlah pelaku dan pemerhati sejarah di berreun.

"Ternyata di Bireuen banyak tokoh sejarah yang terlewatkan dan mereka tidak muncul. Alhamdulillah film Rimba Raya mengantarkan mereka tampil kembali ke publik," kata Dharmansyah, kabag Humas pemrakarsa acara ini.

Ikmal Gopi mengatakan, inilah pentingnya kita bicara soal sejarah agar kita kembali mengangkat sejarah yang ada di sekeliling kita. Ikmal juga mmeminta maaf kepada tokoh-tokoh yang terlibat dengan radio tersebut tetapi tidak tertera dalam film yang diputar.

"mohon maaf kepada bapak-bapak saya, tentu tidak ada yang sempurna dalam setiap karya kita . Radio Rimba Raya diselaikan selama 4 tahun dengan fakta dari berbagai daerah di Indonesia, tapi kemudian ada yang tertinggal penyebutan tokoh-tokoh di sini, saya minta maaf, karena saya juga sempat beberapa lama di Bireuen untuk mengumpul data kala itu," kata Ikmal yang matanya ikut berkaca-kaca.

Menurut Ikmal tidak tertutup kemungkinan akan ada revisi, sejauh fakta kebenaran tentang sejarah radio terkuak.

"Inilah pentingnya diskusi," lanjutnya.

Turut hadir pada acara pemutaran film Sejarah Perjuangan Radio Rimba Raya antara lain para Camat, tokoh pejuang, pejabat, dan masyarakat.

"Bupati yang ingin menonton film tidakdatang, karena sedang mengikuti lemhanas di Jakarta, nanti berikutnya akan di siapkan waktu lagi" kata Dharmansyah, Minggu dini hari (16/10).[]

Film Dokumenter Rimba Raya Ditayangkan di Bireuen

14 October 2011

Bireuen | Harian Aceh – Film dokumenter sejarah, “Radio Rimba Raya” rencananya akan ditayangkan di Pandapa Bupati Bireuen, Sabtu (15/10) malam. Penayangan film yang diproduseri Ikmal Gayo tersebut untuk memberikan kontribusi terhadap hasil garapan film itu.

Kabag Humas Setdakab Bireuen, Darwansyah kepada Harian Aceh, Kamis (13/10) mengatakan, penayangan film dokumenter sejarah “Radio Rimba Raya” ini karena di Bireuen sendiri banyak pelaku sejarah.

Untuk kegiatan ini, para produser mengudang para tokoh dan pelaku sejarah, LSM, pemuda dan para wartawan di Bireuen guna memberikan kontribusi dan masukan untuk penyempurnaannya.(job)

Warga Bireun Nonton Bareng Film Radio Rimba Raya

Sabtu, 15 Oktober 2011

Bireun | Acehtraffic.com – Malam ini, Film documenter Radio Rimba Raya akan diputar dan disaksikan langsung oleh bupati Bireuen Drs H. Nurdin Abdurrahman dan para kepala Dinas, Muspida, para camat, pejuang, dan persatuan Wartawan Indonesia, dan seluruh masyarakat di kota juang Sabtu [15/10]

Pemutaran film bersejarah itu digelar di halaman Pendopo Bupati Bireuen, pada pukul pukul 20.00 WIB. Film ini sengaja diputar di Pendopo Bupati Bireun, karena Pendopo Bupati Bireun mempuyai hubungan sejarah yang kuat dengan Radio Rimba Raya.

Kabag Humas Setdakab Kabupaten Bireun mengatakan bahwa “Kita jangan Pernah untuk melupakan sejarah, seperti sejarah Gayo dan Bireun sangat besar dalam sejarah perjuangan radio yang telah memberitahukan kepada seluruh penjuru dunia bahwasannya Indonesia masih ada”. Ujar Darwansyah.

Salah seorang warga kota Bireun kepada Acehtraffic.com mentakan bahwa, “Saya sangat gembiran dengan adanya pemutaran film itu, karena saya bisa mengetahui sejarah Radio Itu”. Ucap T. Akbar.|AT/Ag

Jumat, 14 Oktober 2011

Sabtu Ini, Kota Juang Putar Film RRR

Bireuen | Lintas Gayo – Film documenter sejarah perjuangan Radio Rimba Raya (RRR) dipastikan akan diputarkan di Kota Juang, Kabupaten Bireuen pada Sabtu (15/10/2011) di Pendopo Bupati setempat.

Kepastian acara ini diperoleh dari Kabag Humas Setdakab Bireuen, Darwansyah, Kamis (13/10/2011). “Benar, film sejarah perjuangan rakyat Aceh mempertahankan kedaulatan RI tersebut akan diputarkan di Pendopo Bupati sabtu mala mini,” kata Darwansyah saat dihubungi Lintas Gayo melalui telepon selularnya.

Dan untuk menyaksikan film tersebut seluruh unsur Muspida, para camat, tokoh masyarakat, keluarga saksi sejarah perjuangan radio tersebut serta sejumlah tokoh politik di Bireuen ini, lanjut Darwansyah.

Ide tersebut, menurut pengakuan Humas Pemkab Kota Juang ini digagas oleh mantan Bupati Bireuen, Mustafa Gelanggang dan seterusnya ditindaklajuti oleh Pemkab.

“Peran Bireuen dan Gayo sangat besar dalam sejarah perjuangan radio yang menyiarkan Indonesia itu masih ada kepada dunia. Apalagi salah satu pelaku sejarahnya adalah putra Bireuen, Kolonel Husin Yusuf,” kata Darwansyah lagi.

Selain para undangan tersebut, turut hadir para wartawan dari jajaran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bireuen.

Sementara itu, Sutaradara film yang meraih nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2010 lalu, Ikmal Gopi yang sedang berada di Takengon juga membenarkan bahwa film karyanya tersebut diminta oleh Pemkab Bireuen untuk ditonton dan didiskusikan bersama sejumlahpejabat dan tokoh masyarakat setempat.

“Saya bersama sejumlah rekan pemerhati sejarah perjuangan Radio Rimba Raya diundang ke Bireuen,” kata Ikmal singkat (Khalisuddin)

Senin, 03 Oktober 2011

Penonton Film RRR Membludak

A A A
Aceh - Senin, 12 Sep 2011 01:05 WIB

Takengon, (Analisa). Ribuan warga Takengon membludak menonton pemutaran film Radio Rimba Raya (RRR) di Lapangan Yayasan Pendidikan Islam (YPI), Totor Bale, Kecamatan Lut Tawar, Sabtu (10/9) malam. Film berlatarkan sejarah perjuangan di Bumi Gayo itu sebagai bukti bahwa Indonesia itu masih ada. Film berdurasi hampir dua jam tersebut merupakan karya putra asli Gayo, Ikmal Gopi.
Pemutaran film gratis dengan layar tancap itu menyedot pengunjung mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Sayangnya film yang ingin menunjukkan peran Kabupaten Aceh Tengah dalam proses penyampaian informasi kemerdekaan Republik Indonesia ini justru kurang mendapat respons dari pemkab setempat. Walau pemutaran film dalam hujan gerimis, tidak mengurangi animo masyarakat untuk datang menonton. Bahkan, 10 teratak yang dipersiapkan panitia tidak mampu menampung jumlah penonton.

"Banyak sejarah Gayo justru tidak diketahui lagi oleh generasi sekarang. Mudah-mudahan dengan pemutaran film ini dapat menyadarkan kita akan pentingnya peranan tanah Gayo dalam perjalanan bangsa ini," kata Camat Lut Tawar, Drs. Subhandi dalam sambutannya saat pemutaran film RRR pada rangkaian kegiatan "Inilah Gayo II".

Harus Diselamatkan

Sementara itu, penyair muda Fikar W Eda melihat bahwa film sejarah RRR merupakan karya putra Gayo, Ikmal Gopi yang harus diselamatkan. Selain Fikar W. Eda dan Ikmal Gopi, pelaku sejarah perjuangan kemerdekaan Gayo HM Sidang Temas dan sejumlah tokoh muda Takengon serta pemerhati sejarah budaya Gayo juga turut meramaikan acara tersebut.

Fikar meminta agar warga dapat hadir kembali di lokasi sama, Minggu (11/9), sejak pukul 10.00 WIB hingga petang karena ada sejumlah pementasan kesenian Gayo lainnya. Pembacaan puisi, tari dan musik Gayo serta pameran foto oleh para fotografer muda Gayo yang mengabadikan proses penelitian sejarah Urang Gayo di Loyang Mendale (penemuan manusia prasejarah) beberapa waktu silam.

Salah seorang panitia, Darmawan Masri menyatakan, terima kasihnya kepada semua pihak yang telah mendukung pemutaran film tersebut terutama masyarakat Hakim Bale Bujang yang telah berpartisipasi mendukung kegiatan.

"Membludaknya warga yang hadir juga tidak terlepas dari peran aparat kampung di Kecamatan Lut Tawar yang telah mengumumkan acara ini melalui pengeras suara di masjid dan menasah yang ada di kecamatan ini," ujarnya.(jd)