Selasa, 26 Februari 2013

Perlu Kesepakatan Nasional Jadikan Sjafruddin Mantan Presiden RI

Rabu, 09/11/2011 12:00 WIB
Laurencius Simanjuntak - detikNews

Jakarta - Penganugerahan pahlawan nasional kepada MR Sjafruddin Prawiranegara menguatkan dukungan agar ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) itu diakui sebagai mantan Presiden RI. Namun, perlu kesepakatan nasional untuk mewujudkan itu.

"Perlu kesepakatan nasional dan kesepakatan politik untuk itu," kata mantan Wakil Ketua MPR, AM Fatwa, saat berbincang dengan detikcom, Rabu (9/11/2011).

Fatwa sendiri menilai Sjafruddin telah berperan sebagai Presiden RI saat memimpin PDRI pada 1948 hingga 14 Juli 1949. Saat itu, Agresi Militer Belanda II berhasil melumpuhkan ibukota Yogyakarta dan menawan Presiden Soekarno dan Wapres Mohammad Hatta.

"Orang yang sedang ditawan tidak mempunyai hak hukum untuk menjalankan pemerintahan," kata Fatwa mengutip sejumlah pendapat pakar hukum tata negara.

Jasa Sjafruddin, kata Fatwa, juga tidak kecil bagi kelanjutan perjuangan revolusi kemerdekaan saat itu. Sejarah mencatat, perjuangan Sjafruddin dengan PDRI telah memaksa Belanda berunding dan akhirnya melepaskan Soekarno-Hatta dari pengasingan.

Lewat Radio Rimba Raya, kata Fatwa, perjuangan PDRI akhirnya didengar badan dunia PBB dan dunia internasional. Alhasil, PBB tetap mengakui Republik Indonesia dan memaksa Belanda maju ke meja perundingan.

"Tidak hanya itu, Sjafruddin juga memimpin perang gerilya dari hutan ke hutan di Bukit Tinggi," kata Fatwa yang bersama Sjafruddin menandatangani Petisi 50 ini.

Fatwa menjelaskan, kepemimpinan Sjafruddin di PDRI juga atas kesadaran sendiri. Sebab, ketika Yogyakarta porak poranda, mandat pembentukan PDRI itu tidak sampai kepadanya yang sedang bertugas sebagai Menteri Kemakmuran di Bukti Tinggi.

"Sesungguhnya itu kesadaran Pak Sjaruddin sebagai satu-satunya anggota kabinet yang berada di luar Jawa," kata Fatwa.

Karena perjuangannya itulah, kata Fatwa, Sjafruddin layak dianggap pernah menjabat Presiden RI. Fatwa lebih sepakat dengan istilah 'mantan presiden' bagi tokoh yang pernah menjabat presiden, ketimbang urutan presiden. Sebab, urutan presiden berdasarkan waktu memerintah tidak hanya akan menjadikan Soekarno presiden pertama.

"Karena Soekarno kan memerintah kembali setelah ditawan," ujarnya.



(lrn/fay)

Senin, 25 Februari 2013

Rafly Cerita Soal Radio Rimba Raya Pada Masyarakat Aceh Jaya



Calang | Lintas Gayo – Penyanyi Rafly Kande berjanji akan terus menyuarakan sejarah Aceh yang besar kepada dunia, termasuk sejarah Radio Rimba Raya yang pernah disiarkan dari Hutan Bener Meriah.
“Saya akan terus mengingatkan sejarah besar Radio Rimba Raya ini pada dunia,” kata Rafly Kande pada pertemuan dengan masyarakat Panga, Aceh Jaya, Sabtu (23/2/ 2013). Kehadiran Rafly di Aceh Jaya untuk bersilaturahmi dengan masyarat Panga, Kecamatan tempat Rafly pernah menjadi guru MIN.
Dikatakan Rafly, sejarah besar yang terlupakan itu penting, karena itu akan memberi semangat pada generasi Aceh pada masa mendatang. Itu sebabnya dunia pun harus tau, selain Radio Rimba Raya sejarah lainnya adalah dua pesawat Aceh yang menjadi cikal-bakal PT Garuda Indonesia sekarang ini.
“Cuma saya hanya dengan bernyanyi,” ucap Rafly.
Kepada Lintas Gayo secara khusus Rafly menyebutkan, dia tidak mempersoalkan dari mana sejarah itu, tetapi yang perlu diperhatikan adalah kekuatan sejarah Aceh dimata dunia.
“Radio Rimba Raya salah satu sejarah nasional yang hilang, saya akan mempertahankannya. Lagu untuk radio Rimba Raya sudah saya siapkan, dan kepada masyarakat Aceh saya juga akan sampaikan soal sejarah ini,” sebut Rafly.
Kedatangan Rafly ke Aceh Jaya dalam rangka bersilaturahmi dengan masyarakat setempat. Dan pada kunjungan itu, Rafly juga mengunjungi pertandingan Bola Kaki “Mukim Lageun Cup” di tengah penonton bola Rafly dinobatkan untuk bernyanyi, dan mengalunlah lagu Seulanga dan Rakan Lon.(LG-010/red.04)

Jumat, 22 Februari 2013

Rafly Kande siapkan lagu untuk Radio Rimba Raya

Lagu itu diciptakan untuk memberitahukan kepada dunia tentang kebesaran Aceh saat kemerdekaan Indonesia


Jauhari Samalanga
Kamis, 21 Februari 2012 17 :05 WIB

Rimba Raya radio Aceh nyoe
Haba geusampoe ban sigom donya
Geujak leuluah rabrata nanggroe
nanggroe Acehnyoe pangkai merdeka...

SEPENGGAL lirik di atas diciptakan penyanyi Aceh Rafly Kande yang sedang mempersiapkannya untuk album berikut "Rafly".
Lagu itu diciptakan untuk memberitahukan kepada dunia tentang kebesaran Aceh pada saat kemerdekaan Republik Indonesia.
"Sejarah seperti Radio itu perlu kita catat dan lagukan," kata Rafly kepada ATJEHPOST.com di Banda Aceh, Kamis 21 Februari 2013.
Dikatakan Rafly, dia sudah menulis lirik tentang sejarah Acehyang muatannya bukan cuma Radio Rimba Raya yang berhasilmenyoiarkan ke seluruh dunia bahwa Indonesia masih ada, termasuk di dalamnya sejarah cikal bakal kelahiran pesawat Garuda.
"Lagu Ini saya pikir sangat perlu untuk generasi Aceh yang terputus dengan sejarah penting di Aceh," jelas Rafly.
Namun penyanyi syiar dan syair Hasan Husen ini tidak menjabarkan kapan lagu tersebut di rekam dan diedarkan. "Insya Allah dalam waktu dekat sudah siap," kata Rafly.
Pada kesempatan itu Rafly juga melalui  Ipad Rafly menampakan lirik Lagu tersebut didalam bahasa Indonesia. "Bahasa Indonesianya sudah kita persiapkan juga," katanya.[](bna)

1 Maret hari bersejarah untuk Aceh?

Sejarah Aceh terkikis karena kerap dibiarkan begitu saja.

Jauhari Samalanga
Kamis, 21 Februari 2013 17 : 18 WIB

SUTRADARA dan pembuat film dokumenter Radio Rimba Raya, Ikmal Gopi meminta kepada Pemerintah Aceh untuk menyambut 1 Maret sebagai hari bersejarah Aceh dalam memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Kata dia, sejarah Aceh terkikis karena kerap dibiarkan hilang begitu saja.
"Pemerintah Aceh harus jeli pada sejarah seperti sejarah Radio Rimba Raya yang menyebutkan Indonesia masih ada pada masa agresi Belanda dulu," kata Ikmal Gopi via ponsel dari Jakarta kepada ATJEHPOSTcom, Kamis 21 Februari 2013.
Menurut sutradara muda asal Gayo itu, pemerintah Aceh perlu mendorong sejarah yang nyaris terlupa sebagai dorongan kepada generasi mendatang. Soal Radio Rimba Raya yang dibuat menggunakan dana sendiri itu, merupakan sejarah penting bagi Indonesia.
"Dalam hal ini Aceh sangat berperan memerdekakan Indonesia," tutur Ikmal.
Radio Rimba Raya menyiarkan tentang kemerdekaan Indonesia ke seluruh Dunia. Radio tersebut berada di kabupaten Bener Meriah. Satu-satunya pembuat film yang mendokumentasikannya adalah sarjana film lulusan Institut Kesenian Jakarta, Ikmal Gopi.[](bna)